Bulan Kesembilan
Saat bulan sabit pertama menampakkan dirinya
Saat semua mata tertuju ke layar kaca, bergembira
Bersyukur karena bulan yang lama dinanti telah tiba
Di depan mata, menunggu kita untuk masuk di dalamnya
Ah, mendengar kabarnya saja sudah bisa membuatku bernostalgia
Akan riuhnya pinggir jalan yang dipenuhi para pencari rupiah dadakan
Tentang bau-bau sedap masakan yang kucium dari setiap rumah menjelang berbuka
Bapak Takmir pun memukul bedugnya,
disusul suara azan yang memecah penantian panjang
Ah, akhirnya.
Manisnya air teh yang diberi satu sendok teh kehangatan cinta Ibu bisa kuteguk
Renyah dan gurihnya gorengan yang dibalut kerja keras Ayah bisa kusantap
Meskipun pandemi melanda negeri,
Meskipun adik belum bisa bergabung dengan kami sampai saat ini,
hal itu sepatutnya tidak menjadi penghalang bagiku untuk tetap menikmati saat-saat seperti ini
Sambil selalu mendoakan negeri agar selalu bisa lekas pulih dari pandemi
Sambil kembali menyeruput teh hangat dan menyantap gorengan,
pasangan yang meskipun sederhana tapi nikmatnya luar biasa
Dan terkhusus untuknya, yang masih menyelesaikan penilaian akhir di lembaga pendidikan islami
Semoga tetap kuat, tetap semangat, dan tetaa
Comments
Post a Comment